LEBAK, – Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Golkar, Adde Rosi Khoerunnisa, membuka kegiatan Workshop Pendidikan bertema “Penguatan Literasi melalui Pembelajaran Mendalam dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)” yang berlangsung di Hotel Karisma, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa (28/10/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh para pendidik dari berbagai jenjang sekolah di Kabupaten Lebak dengan tujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas, terutama dalam penerapan literasi dan STEM yang menjadi fokus pembelajaran abad 21.
Dalam sambutannya, Adde Rosi menekankan bahwa peningkatan mutu pendidikan harus berbasis pada tiga pilar utama, yaitu accessibility, affordability, dan quality.
“Sarana prasarana harus memadai, pendidikan harus terjangkau bagi semua, dan kualitas pembelajaran harus benar-benar ditingkatkan. Karena, jika berbicara kualitas, hasil PISA menunjukkan kemampuan STEM Indonesia masih berada di bawah rata-rata, berada di angka di bawah 400,” ujar Adde Rosi.
Ia menyebutkan, dahulu Indonesia menjadi rujukan bagi negara lain seperti Malaysia dan Brunei dalam penyediaan tenaga pendidik. Namun saat ini, Indonesia justru tertinggal.
“Ini artinya ada yang perlu kita evaluasi bersama, apakah kurikulumnya, model pembelajarannya, kompetensi guru, atau sistem pendukung lainnya. Karena itu hari ini kita hadir untuk mendiskusikan solusi dan memperkuat kualitas pembelajaran,” lanjutnya.
Workshop ini juga fokus pada penerapan Deep Learning sebagai metode pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan hafalan, tetapi pemahaman, kreativitas, karakter, dan daya pikir kritis siswa.
Adde Rosi menegaskan bahwa metode pembelajaran mendalam sangat penting dalam mengatasi learning loss yang terjadi pasca pandemi.
“Pembelajaran mendalam ini harus menjadi bagian dari strategi kita untuk memulihkan kualitas belajar. Dan guru-guru di Lebak perlu menyerap dan menerapkannya secara serius,” kata Adde Rosi.
Ia juga menyinggung meningkatnya persoalan mental health di lingkungan pendidikan, baik pada siswa maupun guru.
“Tekanan belajar dan tekanan mengajar sangat tinggi. Ini berdampak pada karakter, emosi, hingga munculnya kasus kekerasan di sekolah. Pembelajaran mendalam harus juga menyentuh aspek kesehatan mental,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Adde Rosi menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan program Wajib Belajar 13 Tahun, dimulai dari PAUD.
“Jika PAUD diwajibkan, maka guru PAUD harus berkualitas, sarana harus layak, dan perlu ada beasiswa atau PIP untuk PAUD. Karena tidak semua orang tua mampu,” tegasnya.
Diketahui, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Lebak baru mencapai 6,6 tahun, jauh di bawah target wajib belajar 13 tahun.
Menurutnya, workshop tersebut menjadi langkah awal untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan secara bertahap.











