Bantenterkini.com – Banyak cara yang dilakukan masyarakat dalam memeriahkan HUT RI ke 77. Biasanya elemen masyarakat mengadakan perlombaan dari hal unik dan lucu. Namun cara berbeda dilakukan oleh komunitas Nalar Pandeglang.
Dalam template yang disebarkan, mereka mengadakan perlombaan foto selfie jalan hancur di Kabupaten Pandeglang. Komunitas ini menyiapkan hadiah 1 juta bagi 3 orang pemenang dan juga beberapa bingkisan. Dengan tagline “warga yang merdeka”.
Ketua Nalar Pandeglang Rudi Yana Jaya menegaskan, tidak ada tujuan lain dari kegiatan lomba foto selfie di jalan hancur yang dilakukannya. Menurutnya, lomba itu hanya memeriahkan HUT RI ke 77, supaya warga bisa menyampaikan keadaan sebenarnya lewat foto selfie.
“Tujuannya tidak lain kami hanya memeriahkan menyambut kemerdekaan dengan bentuk warga yang merdeka juga, jangan takut dengan selfie keadaan yang sebenarnya,” kata Rudi saat dikonfirmasi, Selasa (16/8/2022).
Lewat foto selfie kata dia, warga bisa berekspresi tanpa direkayasa kondisi infrastruktur di wilayahnya. Disini lain hal itu dapat mendorong pemerintah untuk membangun jalan yang dijadikan objek selfie tersebut.
“Dalam arti positif thinking ya, bentuk kreatifitas yang asli tidak di rekayasa dalam model begini. Jangan salah persepsi, siapa tahu dengan adanya ini dampaknya pemerintah menangnggapi hal yang positif juga. Salah satunya mendorong pembangunan,” terangnya.
Rudi mengakui kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Pandeglang masih banyak yang rusak sehingga menjadi pekerjaan rumah Pemkab Pandeglang. Rudi berharap semua pihak tidak berspekulasi lain pada kegiatan itu, kendati rencana pengadaan sepeda listrik yang dilakukan Pemkab Pandeglang menuai pro-kontra.
“Apalagi jalan di Kabupaten kita masih banyak jalan hanya hancur, disusul dengan rencana pengadaan pembelian sepeda listrik. Makanya kami dari Nalar mensiasati kegiatan ini adanya foto selfie di jalan hancur,”ujarnya.
Saat ditanya apakah kegiatan foto selfie di jalan hancur bentuk sindiran Nalar ke Pemkab Pandeglang, Rudi membantah hal itu, karena kegiatan ini mendorong kreatifitas warga untuk menyampaikan hal yang sebenarnya terjadi di bawah.
“Bukan sindiran terhadap rencana pengadaan listrik ke pemerintah. Ini bentuk kreatifitas agar warga lebih merdeka lagi untuk mengungkapkan hal-hal yang sebenarnya,”tegasnya.