JAKARTA-Aktivis Buruh Perempuan, Marsinah diusulkan mendapatkan gelar pahlawan oleh Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) RI Fadli Zon.
Selain Marsinah ada 40 nama yang diusulkan untuk mendapatkan gelar pahlawan.
Diantara 40 nama yang diusulkan ada mantan Presiden RI Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Fadli menanggapi munculnya pro dan kontra terkait usulan nama Soeharto sebagai pahlawan nasional.
“Semua yang diusulkan dari Kementerian Sosial itu secara kriteria sudah memenuhi syarat semua, secara kriteria,” ujar Fadli di Kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Kendati demikian, Fadli melanjutkan pembahasan dan menyerahkan kepada Presiden Subianto.
“Jadi kalau soal memenuhi syarat sih, memenuhi syarat. Saya tidak mau mendahului, semuanya itu, nanti ada prosesnya,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Riset Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Arif Maulana menanggapi pengangkatan Marsinah sebagai pahlawan nasional.
Usulan datang disaat kasus Pembunuhan Marsinah yang belum tuntas.
Harusnya Pemerintah lebih prioritas pada menegakkan hukum yang jelas atas kasus pembunuhan Marsinah.
“Bicara terkait Marsinah, saya pikir lebih penting untuk kemudian berbicara bagaimana penegakan hukum, investigasi pengungkapan kasus Marsinah secara terang benderang, karena sampai hari ini kita tahu bahwa belum ada pengungkapan yang utuh yang kemudian mengungkap seluruh pelakunya,” kata Arif dikutip Kompas.com Sabtu (25/10/2025)
Perlu diketahui, Marsinah merupakan buruh perempuan tercatat dalam sejarah Indonesia setelah ia ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993.
Kondisi jenazahnya yang sangat mengenaskan dan kematiannya yang dianggap tidak wajar dipertanyakan banyak pihak.
Marsinah lahir di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada 10 April 1969.
Ia anak kedua dari tiga bersaudara. Namun, ibunya meninggal saat ia berusia 3 tahun.
Ia menempuh pendidikan dasar di SDN Nglundo 2, Kecamatan Sukomoro, lalu melanjutkan pendidikan ke SMPN 5 Nganjuk.
Sedangkan, pendidikan menengah atas Marsinah ditempuh di SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk.
Marsinah juga memiliki pendirian yang kuat, terutama jika meyakini apa yang dia pilih hal yang benar.
Selepas SMA, Marsinah tidak bisa melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya.
Ia kemudian melamar kerja di beberapa tempat sebelum akhirnya bekerja di pabrik arloji, PT Catur Putra Surya (CPS).






