SERANG-Budaya memainkan peran nasional dalam pembangunan daerah, memperkuat identitas lokal dan menarik wisatawan serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan kepala daerah yang mendukung infrastruktur, pendidikan dan pelestarian budaya menjadi modal utama dalam strategi ini.
Kepemimpinan yang visioner dan kolaboratif memastikan budaya sebagai penggerak utama pembangunan berkelanjutan.
Provinsi Banten akan memasuki masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada November 2024 mendatang. Beberapa calon kepala daerah didatangkan dalam diskusi kebudayaan guna menjaring informasi dari para calon terkait posisi kebudayaan jika salah satu dari para calon kandidat terpilih.
Tema diskusi kali ini bertajuk “Budaya sebagai Strategi Pembangunan Daerah” yang dilaksanakan di Amphiteater Guriang Indonesia, RT 06/05 Kampung Alun-alun, Desa warunggunung, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Minggu (28/7/2024).
Narasumber yang hadir yaitu Sanuji Pentamarta yang rencananya akan maju dalam Pilkada Lebak 2024 bersanding bersama Dita Fajar Bayhaqi.
Dalam sesi diskusi, Sanuji yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Walikota Cilegon tersebut mengatakan bahwa
Kebudayaan adalah puncak tertinggi pembangunan.
Budaya memiliki peran penting dalam tatanan kehidupan masyarakat guna menciptakan kehidupan yang harmonis, indah dan nyaman.
“Kebudayaan adalah keseluruhan karya, cipta dari masyarakat kita, inti dari pembangunan adalah kebudayaan, budaya jujur, budaya maju, bidaya disiplin, budaya bersih, budaya tertib semuanya punya nilai seni dan semuanya menjadi budaya, semua kemajuan, kebaikan,” kata Sanuji saat diwawancarai di lokasi.
Saat ditanya soal apa strategi kebudayaan yang akan dilakukan Sanuji agar masyarakat Lebak tetap bertahan dan mandiri secara ekonomi?
Sanuji menjelaskan perlu adanya pendekatan karakteristik agar kebudayaan tetap hidup dan ekonomi terus tumbuh lebih baik.
Cara yang perlu dilakukan yaitu mengolah produk mentah menjadi produk jadi dari mulai hasi bumi, pertanian, perkebunan dan hasil laut diolah dengan kualitas tinggi dan dijual secara digital.
“Harus ada pendekatan karakteristik dimana kebudayaan tidak boleh berubah dan kehidupan ekonomi menjadi lebik baik,” ucapnya.
“Ke depan Lebak tetap menjadi negeri hutan, hutan kita bagus, terawat tapi jalan ke hutan tetap bagus jadi hutan tetap terjaga. Produk hasil bumi, pertanian, perkebunan kelautan diolah dengan kualitas tinggi dan tidak dijual murah,” sambungnya.
Agar alam di Lebak tetap terjaga dan habitatnya tetap lestari maka perlu ditanamkan budaya bersih, budaya menanam, budaya merawat alam serta hutan agar tetap terjaga kelestariannya.
Adapun jika industri ingin masuk, maka jenisnya industri rakyat, namun kembali lagi kata Sanuji harus dipersiapkan SDM masyarakat Lebak agar para pekerjanya berasal dari Lebak.
“Industri rakyat, seluruh perkebunan kita harus diolah dan jangan dijual mentah, SDM harus dipercepat dengan pendidikan dan pelatihan, produk hasil bumi harus dijual digital, kalaupun industri besar masuk tapi harus memberi dampak 4 hal, yaitu lapangan pekerjaan dan SDM harus siap, sub pekerjanya lokal, masyarakat lokal, pajaknya ke lebak,” pungkasnya.
Lebak sebagai daerah yang kental akan budaya dan kaya akan tradisi, strategi Sanuji dalam mengenalkan budaya Lebak agar diketahui masyarakat luas dengan mengkampanyekan dan memakai produk hasil olahan Lebak.
Peran pimpinan begitu signifikan dalam mendorong dan mengenalkan kebudayaan, Sanuji juga sepakat selain mengenakan budaya Lebak melalui atribut, makanan dan lainnya, perlu juga menggiatkan event atau festival kebudayaan, namun perlu disiapkan infrastrukturnya.
“Strateginya dari atas dalam hal mengkampanyekan, memakai, membela itu bupati yang harus kampanyekan. Makanan lokal kita pakai, kita terdepan membela dan konsisten. Budaya harus tetap memiliki nilai ekonomi dimana seniman harus sejahtera,” jelasnya.
“Budaya harus tetap terawat orisinilnya. Strategi mengkampanyekan kebudayaan agar warga Lebak tahu, saya sepakat adanya festival atau event tapi infrastrukturnya harus disiapkan,” tutur Sanuji dalam sesi diskusi.
“Strateginya dari atas harus menjadi icon dulu agar masyarakat bisa mengikuti karena pemimpin adalah teladan bagi masyarakat,” tambahnya.
Masih kata Sanuji, komitmennya dalam pembangunan berbasis budaya di Lebak harus dilakukan pendekatan dari berbagai sisi, perlu adanya bimbingan arahan, hukuman dan penghargaan.
“Semua pembangunan harus menjadi budaya, harus semua pendekatan dilakukan, bimbingan, arahan ada punish dan reward, ada insentif, ada aturan hukum agar semuanya dikerahkan dan segala sesuatunya menjadi budaya tertib , semua muaranya pada budaya,” katanya.
Jika terpilih menjadi bupati Lebak, Sanuji tertarik untuk melestarikan kesenian Calung Renteng pada event-event Pemda.
“Calung saya tampilkan lagi di Pendopo Bupati. Seni harus kita tampilkan dan beri ruang. Anak-anak sekolah beri ruang untuk tampil, seni kita ditampilkan, dibela, dikasi ruang dan diberi dukungan yang lebih luas dengan bentuk yang lebih nyata,” jelasnya.
Sanuji mengaku bahwa darah seni sudah mengalir dalam jiwanya, sehingga kebudayaan memiliki peran penting dalam pembangunan daerah.
“Bagaimanapun saya mempunyai darah seni, waktu SMP saya menikmati kesenian calung renteng, pas SMA main teater, calung ini satu paket dengan angklung jadi semua alat-alat seni dari bambu, Lebak ini dari bambu, semua jenis bambu hidup, seni dari bambu itu perlu kita hidupkan, mungkin salah satu icon lebak adalah semua semua seni-seni yang dari bambu itu kita hidupkan, perlu kita pakai, kita pentaskan di event Pemda harus kita lakukan,” terangnya.
Masih dikatakan Sanuji bahwa seluruh pembangunan bermuaranya pada budaya.
“Sangat penting, tidak mungkin akan mencapai derajat tinggi kalau tidak ada budaya, semua harus dengan kebudayaan, pendekatan kebudayaan itu tanpa konflik enak ya atensinya misalnya kita buat batik Lebak dengan motif Lebak kita yang pakai pertama, pimpinan yang harus pakai jadi di forum apapun di nasional bahkan internasional bupati harus pakai batik Lebak,” tuturnya.
Terakhir, Sanuji menitipkan bahwa kunci pembangunan adalah kolaborasi dan sinergi.
“Kunci pembangunan ke depan adalah kolaborasi dan bersinergi. Harus ada visi budaya Lebak, buat rencana budaya ke depan,” tutupnya.