SERANG – Universitas Serang Raya (UNSERA) melakukan studi banding ke Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk mempelajari teknologi pengolahan sampah yang telah diterapkan di daerah tersebut.
Kunjungan ini bertujuan untuk menggali pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan sampah modern serta mempromosikan praktik ramah lingkungan di kampus.
Delegasi UNSERA yang terdiri dari Rektor Unsera Abdul Malik, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Farid Wajdi dan jajarannya, Kabiro Akademik Amarul, serta beberapa dosen dari berbagai program studi disambut hangat oleh jajaran Dinas Lingkungan Hidup (DLJ) Kabupaten Banyumas.
Selain berdiskusi tentang pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas, mereka diajak mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan instalasi pengolahan sampah organik yang menjadi model percontohan nasional.
Teknologi yang diterapkan, seperti biodigester untuk pengolahan sampah organik dan sistem Refuse-Derived Fuel (RDF) untuk sampah anorganik, menjadi fokus utama pembelajaran.
Rektor Unsera, Abdul Malik mengungkapkan apresiasinya atas kesempatan ini. Ia menegaskan pentingnya peran akademisi dalam mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Kami sangat terinspirasi dengan inovasi yang dilakukan Banyumas. Unsera berencana menerapkan teknologi serupa di lingkungan kampus dan menyusun program pemberdayaan masyarakat untuk pengolahan sampah,” ujarnya.
Selain itu, sambung Malik, kegiatan ini juga membuka peluang kolaborasi antara UNSERA dan Pemkab Banyumas dalam penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. UNSERA berharap dapat berkontribusi lebih luas dalam mengatasi masalah sampah, baik di Kota Serang maupun di skala nasional.
Senada diungkapkan Ketua LPPM UNSERA, Farid Wajdi. Kata Farid, kunjungan ini menjadi langkah awal UNSERA untuk terus belajar pengelolaan sampah ke Pemkab Banyumas sehingga bisa diduplikasi dalam pengelolaan sampah di kampus.
“Apa yang dilakukan Pemkab Banyumas sejalan dengan visi membangun generasi peduli lingkungan yang berinovasi menciptakan solusi lingkungan yang berkelanjutan,” paparnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas, Widodo Sugiri, menjelaskan bahwa pihaknya ini telah mengembangkan sistem pengolahan sampah terpadu untuk mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan akhir (TPA).
“Pertama yang harus dilakukan adalah Regulasi adalah pilar utama pengelolaan sampah untuk melibatkan masyarakat. Tidak mudah memang mengajak masyarakat untuk memilih dan memilah sampah dari rumah karena butuh kesadaran bersama, maka kami mulai dari tengah yakni membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat, red),” paparnya.
Kemudian, sambung Widodo, KSM tersebut yang mengelola tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dengan mempekerjakan tenaga untuk mengolah sampah dengan pola zero waste, yaitu meminimalkan sampah atau semua sampah yang masuk pada hari itu ke TPST langsung diolah semuanya melalui pemisahan.
Pengolahan yang menghasilkan rongsokan dikumpulkan untuk dijual, plastik dicacah menghasilkan RDF kasar, sampah organik dijadikan kompos dan dijadikan bahan pakan ternak magot di lokasi TPST-nya.
“Residu ada dua cara penanganan yaitu satu dibakar menggunakan alat pemanas khusus menjadi abu dan dua sampah sisa seperti kaca yang tidak bisa terolah akan dikirim ke TPA BLE,” katanya.
Untuk diketahui, Kabupaten Banyumas sendiri menjadi daerah rujukan Nasional, bahkan se-Asia Tenggara dan dinobatkan sebagai daerah dengan pengelola sampah terbaik se-Asia Tenggara diberikan dalam acara yang bertajuk ‘Smart Green ASEAN Cities (SGAC) Programe’s 2nd City Windows Series’.
Banyumas sejak tahun 2018 telah menerapkan pengelolaan sampah berbasis ‘Zero Waste to Landfill (ZWL)’. Konsep ZWL merupakan upaya pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (landfill).***