SERANG- Kasepuhan Ciherang adalah salah satu Kasepuhan di wilayah adat Banten kidul. Tepatnya di Kampung Ciherang, Desa Ciherang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Selain termasuk pada wilayah adat, Kasepuhan Ciherang juga merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alamnya.
Pada tanggal 21-23 Juni 2024, tim Bantenologi yang terdiri dari tiga pengurus yaitu Rosadi, Chelsea Rafidah Majid, Seety dan tiga relawan yaitu Maulana Malik Ibrahim, Nurhalisah dan Mepa melakukan penelitian di Kasepuhan Ciherang.
Perjalanan 5 jam ditempuh untuk menuju loaksi menggunakan moda transportasi Damri tujuan Serang-Cikotok.
“Kami berangkat menuju Ciherang menggunakan DAMRI dari Serang-Cikotok dengan jarak tempuh sekitar 160 km selama 5 jam perjalanan,” kata Lisa salah satu tim peneliti dari Bantenologi.
Lisa menjelaskan, penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi terkait adat dan tradisi yang ada di Kasepuhan Ciherang yang masih belum tersampaikan kepada khalayak umum, ditambah belum adanya literasi yang membahas secara utuh tentang Kasepuhan Ciherang.
Selama penelitian, peneliti Bantenologi bermalam di rumah salah satu warga Kasepuhan yaitu rumah milik Aam. Rumah ini terletak di belakang Imah Gede yang jaraknya sekitar 10 meter, sehingga strategis untuk dijadikan tempat singgah ditambah aksesnya mudah untuk dijangkau.
Di sana tim Bantenologi banyak sekali menemukan dan melihat tradisi yang langsung dilakukan oleh masyarakat adat Kasepuhan Ciherang.
Sesampainya di lokasi, Kasepuhan Ciherang tengah mengadakan acara Seren Taun yang diiringi dengan rangkaian acara sunatan massal dan pernikahan yang diikuti oleh masyarakat setempat.
Puncak acara Seren Taun di Kasepuhan Ciherang berlangsung Sabtu, 22 Juni 2024. Dalam acara puncak Seren Taun terdapat banyak agenda seperti saweran dalam adat pernikahan, arak-arakan jolian dan nutu-nutu dalam sunatan massal.
Malam harinya terdapat agenda pagelaran musik Jaipong yang dimulai ba’da Isya sampai menjelang subuh.
Lisa juga menceritakan, dalam penelitian di Kasepuhan Ciherang, Ia mendapatkan informasi tentang keberadaan beberapa tempat yang disakralkan oleh Kasepuhan Ciherang.
“Kami mendapatkan informasi tentang beberapa tempat istimewa atau tempat-tempat penting bagi masyarakat adat Kasepuhan Ciherang seperti Imah Gede atau tempat tinggal dari Olot, lalu ada tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat adat Kasepuhan, Leuwi Sunat sebagai tempat ritual sebelum anak-anak dikhitan, Leuit yang berfungsi sebagai tempat menyimpan padi, dan lain-lain,” jelasnya.
Informasi yang diperoleh berasal dari Kasepuhan, Bengkong, Paraji, Amil, dan masyarakat adat setempat.
Seperti Kasepuhan pada umumnya di Banten Kidul, ketua ada Kasepuhan di sebut dengan Olot atau Oyot, yang berati tua atau dituakan.
Selama masa pemerintahannya Olot dibantu oleh Pangrajen, Gerumulan 9, Amil, Bengkong, Paraji dan pegawai kasepuhan yang lain.
Lisa menceritakan berdasarkan informasi yang Ia peroleh dari dari Olot Udun bahwa Kasepuhan Ciherang adalah Kasepuhan tertua kedua dari tujuh kasepuhan di Banten Kidul.
Oleh karena itu tradisi dan budayanya masih dipertahankan dan dilestarikan hingga saat ini.
Pada lingkungan masyarakat adat, tentu ada aturan adat yang berlaku seperti hal yang bolehdilakukan dan larangan yang tidak boleh dilakukan. Misalnya, dalam sektor pertanian di Kasepuhan Ciherang, ketika memasuki bulan Maulud petani tidak boleh melakukan aktivitas pertanian tepatnya setiap hari selasa.
Hal ini bertujuan untuk menghormati bulan kelahiran Rasulullah SAW. Kemudian pada tanggal 14 Maulud, Kasepuhan Ciherang melakukan tradisi nadhar, dimana semua hal mengenai Kasepuhan Ciherang akan disampaikan dari mulai bacaan mantra, asal-usul Ciherang, sampai mengenai hal-hal yang tabu sekali pun.